
Walaupun mengetahui bahwa novel tersebut tak lebih dari karangan fiktif, Walter begitu penasaran untuk menyelesaikan novel tersebut. Semakin jauh ia membacanya, ia justru semakin yakin bahwa buku itu bercerita tentangnya. Ia menemukan banyak persamaan antara dirinya dan tokoh utama di buku itu. Di sisi lain, Istrinya—yang lebih dulu membacanya—menganggapnya sebagai kebetulan belaka alih-alih membenarkan pemikiran suaminya. Namun, itu tidak menghentikan Walter untuk tetap mempertahankan asumsinya.
Tiap lembar yang ia baca mewakili kecemasannya yang terus meningkat. Ketika seseorang mengalami kecemasan, maka yang dilakukannya adalah melakukan sesuatu yang bertujuan mengurangi “tegangan” yang diakibatkan oleh kecemasan itu sendiri. Dalam kisah ini, Walter berusaha menjawab kecemasannya dengan menemui siapa penulis buku tersebut, untuk membuktikan pada dirinya bahwa prasangkanya selama ini adalah benar. Ia berusaha mencari tahu berbagai hal yang bisa membuatnya semakin dekat ke identitas penulis. Ketakutan seperti ini, Freud menyebutnya sebagai kecemasan realistis seseorang, karena “ketegangan” ini muncul diakibatkan dari perasaan terancam oleh seseorang yang dianggap selama ini memata-matai kehidupannya.

Istri dan anaknya tidak sependapat dengan Walter. Amnesia yang dialaminya merupakan kesempatan kedua bagi Walter, dan sejauh ini Ia telah membuktikan bahwa ia adalah sosok yang baik, sama sekali bukan seperti tokoh Fingerling yang ada dalam novel tersebut. Dengan dukungan keluarganya, Walter memantabkan tekadnya untuk meneruskan kesempatan keduanya, berusaha menjadi orang yang lebih baik. (alf)
Kecemasan merupakan indikator alamiah bagi manusia sebagai peringatan datangnya bahaya (Sigmund Freud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar