Halaman

page translator

Selasa, 21 Desember 2010

Siapa Sangka, Dosa Menemukan Pelakunya







Walter Paul Sparrow—seorang suami dan ayah—mendapatkan kado sebuah buku dari istrinya di hari ulang tahunnya. Novel dengan judul ‘Number 23’. Novel tersebut ditulis oleh seseorang bernama Topsy Kretts yang ditulis dengan sudut pandang penulisan orang pertama. Novel dengan bentuk semacam ini tak jarang membuat seseorang menempatkan dirinya sebagai tokoh utama cerita tersebut, begitu pula yang dirasakan Walter. 

Walaupun mengetahui bahwa novel tersebut tak lebih dari karangan fiktif, Walter begitu penasaran untuk menyelesaikan novel tersebut. Semakin jauh ia membacanya, ia justru semakin yakin bahwa buku itu bercerita tentangnya. Ia menemukan banyak persamaan antara dirinya dan tokoh utama di buku itu. Di sisi lain, Istrinya—yang lebih dulu membacanya—menganggapnya sebagai kebetulan belaka alih-alih membenarkan pemikiran suaminya. Namun, itu tidak menghentikan Walter untuk tetap mempertahankan asumsinya.

Tiap lembar yang ia baca mewakili kecemasannya yang terus meningkat. Ketika seseorang mengalami kecemasan, maka yang dilakukannya adalah melakukan sesuatu yang bertujuan mengurangi “tegangan” yang diakibatkan oleh kecemasan itu sendiri. Dalam kisah ini, Walter berusaha menjawab kecemasannya dengan menemui siapa penulis buku tersebut, untuk membuktikan pada dirinya bahwa prasangkanya selama ini adalah benar. Ia berusaha mencari tahu berbagai hal yang bisa membuatnya semakin dekat ke identitas penulis. Ketakutan seperti ini, Freud menyebutnya sebagai kecemasan realistis seseorang, karena “ketegangan” ini muncul diakibatkan dari perasaan terancam oleh seseorang yang dianggap selama ini memata-matai kehidupannya.

Kecemasan Walter malah semakin berkembang pasca menemukan Topsy Kretts, Sang penulis Buku. Ia mendapati bahwa sebelum memiliki kehidupan yang saat ini ia miliki, ia memiliki kehidupan yang lain. Kehidupan yang berakhir dengan amnesia berat karena percobaan bunuh diri. Bukan hanya itu, Ia juga harus menerima bahwa novel tersebut adalah hasil tulisannya sendiri, dari kehidupannya yang lalu. Mengetahui kenyataan tersebut, Ia begitu merasa bersalah, dan ingin menarik diri dari kehidupannya saat ini yang bahagia. Ia tak ingin mempertaruhkan keselamatan anak istrinya sebagai jaminan. Kecemasannya meningkat menjadi neurotis, takut bahwa suatu saat ia bisa saja kembali pada kepribadiannya sebelum amnesia, seorang pembunuh. Walter berpikir jika ia pernah melakukan kejahatan seperti itu, maka tidak ada seorangpun yang dapat menjamin, bahwa dia tidak akan melakukan hal yang sama di kemudian hari. Ia tidak menginginkan jika nantinya hal buruk tesebut benar-benar terjadi, maka ia kehilangan keluarga yang selama ini dicintainya.
Istri dan anaknya tidak sependapat dengan Walter. Amnesia yang dialaminya merupakan kesempatan kedua bagi Walter, dan sejauh ini Ia telah membuktikan bahwa ia adalah sosok yang baik, sama sekali bukan seperti tokoh Fingerling yang ada dalam novel tersebut. Dengan dukungan keluarganya, Walter memantabkan tekadnya untuk meneruskan kesempatan keduanya, berusaha menjadi orang yang lebih baik. (alf)
 
Kecemasan merupakan indikator alamiah bagi manusia sebagai peringatan datangnya bahaya (Sigmund Freud)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar