Halaman

page translator

Selasa, 19 April 2011

Kombinasi Pekerjaan yang "Almost Impossible"


Jika hanya menimbang dari Judul dan cast dari sebuah film, tentu "Major Movie Star" tidak sering dijadikan pilihan utama bagi penonton film "berkualitas". Namun, untuk film yang satu ini, harus diakui terkadang cast, judul, atau alur cerita yang unik atau mencolok, bukan menjadi satuan tetap untuk menominasikan sebuah film berkualitas. Untukku pribadi, film berkualitas adalah film yang meng-capture reality dan tidak selalu berupa peristiwa besar. 

Dalam film ini misalnya, jujur, ceritanya tidak terlalu istimewa. film ini menceritakan tentang aktris film "ecek-ecek" a.k.a. "gak penting", Megan Valentine (Jessica Simpson), yang hidupnya berubah dalam satu malam. Dalam satu malam Ia harus menerima kenyataan bahwa uang hasil kerja kerasnya selama ini dikuras oleh akuntan pribadi yang juga sepupunya sendiri, mengalami kecelakaan mobil, dan ditambah lagi dia harus memergoki pacarnya selingkuh dengan manajernya, yang juga seorang lelaki. Belum selesai di situ, masih dalam keadaan shock pasca kecelakaan, ia mendaftarkan diri menjadi angkatan bersenjata US, dengan harapan menjauh dari kehidupan glamour-nya. Sebentar! memang itu menjadi salah satu alasan Megan untuk bergabung, tetapi sebenarnya hal pertama yang membuatnya ingin bergabung adalah karena ia tertarik dengan iklan perekrutan US army. Konyol memang.


Keputusan inilah yang menjadi cerita dalam film ini, yang memunculkan beberapa pesan sederhana yang penting. Perlu digarisbawahi, pelajaran yang bisa diambil memang tidak disuratkan secara gamblang. Misalnya saja konflik dalam pertemanan. Terkadang nama baik kita tercoreng di mata sahabat kita karena statemen tertentu. Solusi yang sering ditunjukkan di film-film biasanya dengan membuktikan bahwa statemen itu salah; mencari tahu siapa yang mungkin memfitnah kita dan membuktikannya pada sahabat kita. Namun, pada kenyataannya kita tidak selalu membutuhkan hal itu. dengan membuktikan bahwa orang lain memfitnah kita, tidak membuktikan bahwa kita tidak seperti apa yang dikatakan. Tidak semua hal harus diluruskan pada orang-orang yang kita sayangi, karena tanpa meluruskannya-pun cepat atau lambat mereka akan memaafkan kalian. Yang lebih penting adalah ketulusan kita untuk menerima kenyataan yang mungkin pahit, dan menjadikannya sebagai cambuk pada diri kita, bukan sebagai vaksin agar kita "terhindar dari fitnah sejenis" di waktu kedepan, tetapi sebagai pengingat akan "siapa diri kita sebenarnya". Jujur saja, tidak ada asap tanpa api.


Well, paling tidak itu yang bisa saya sampaikan dari film ini. Tentu tidak akan sepuas ketika kalian mencoba untuk menonton sendiri. Seperti yang sering saya suratkan di postingan saya sebelumnya, masing-masing orang akan belajar hal yang berbeda dari setiap yang mereka saksikan, dari kejadian sedih, cerita orang lain, atau bahkan film. Yang menjadi menyenangkan adalah ketika kita membicarakannya pada sahabat, orang disekitar kita, ataupun blog yang baru anda datangi. Ketika men-sharing-kannya dengan mereka sama artinya dengan melipat-gandakan hal yang bisa kita pelajari dari suatu peristiwa. Jadi, jangan sungkan, kita memang tak saling mengenal, tapi tak ada yang salah pada klausa "orang asing yang saling bertukar cerita".


2 komentar:

  1. u said : "Tidak semua hal harus diluruskan pada orang-orang yang kita sayangi, karena tanpa meluruskannya-pun cepat atau lambat mereka akan memaafkan kalian. Yang lebih penting adalah ketulusan kita untuk menerima kenyataan yang mungkin pahit, dan menjadikannya sebagai cambuk pada diri kita, bukan sebagai vaksin agar kita "terhindar dari fitnah sejenis" di waktu terdepan, tetapi sebagai pengingat akan "siapa diri kita sebenarnya". Jujur saja, tidak ada asap tanpa api."

    seperti apa sebenarnya wujud dari sebuah penerimaan itu sendiri? saat seseorang tengah berada pada posisi "underdog" hanya bisa diam dlm kata dan berteman dengan waktu untuk mnjdikn diri lebh baik, hanya ada dua pilihan alasan : untuk menunjukkan pd dunia bhwa ia menjadi labih baik, sebgi kompensasi dari semua kekecewaan dan sakit yg selama ini dia rasakan ataukah justru pertemanannya dengn waktu dlm perbikn diri tdi adlh agr ia bisa menunjukkan pada dirinya sendiri bhwa ia bisa berdamai dengn diriny sendiri sekaligus upaya mekanisme penerimaan tadi kendati dunia tetp belum mempercayainya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak yg sering menukar-artikan menerima (accepting) dengan bargaining (tawar-menawar/mencari alasan).
      [comot teory grief cycle] :P

      Yang sampeyan gambarkan itu baru tahap bargaining, merespon penilaian orang lain bahwa anda seorang "underdog". berusaha membuktikan bahwa anggapan itu salah, dsb.

      Sedang accepting/menerima itu menjadikan label itu sebagai bagian dari diri. Hal-hal negatif yg sudah "diterima/accepted" tak akan lagi dimaknai sebagai cacat diri bagi pemilik "label"-nya tapi bakal kerasa sebagai kombinasi keunikan diri, dan merasa spesial karena-nya.

      Semoga menginspirasi (^^,)v

      Hapus